Walisongo - Untuk cerita / kisah sejarah wali 9 secara lengkap sudah saya jelaskan di artikel sebelumnya kali ini saya akan membahasa satu walisongo yaitu Sejarah Sunan Ampel secara lengkap. beliau adalah seorang wali 9 yang berperean menyebarkan gama Islam di tanah Jawa indonesia. berikut kisah dari perjalanan nama sunan ampel dari masa kecil nama asli dari beliau sunan ampel sebagai tertua di walisongo.
ASAL-USUL SUNAN AMPEL
Di Rusia Selatan ada sebuah daerah yang
disebut Bukhara ? Bukhara ini terletak di Samarqand. Sejak dahulu daerah
Samarqand di kenal sebagai daerah Islam yang menelorkan ulama’-ulama’ besar seperti
sajana hadist terkenal yaitu Imam Bukhari yang mashursebagai pewaris hadist
sahih.
Di Samarqand ini ada seorang ulama
besar bernama Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra, seorang Ahlussunnah bermahzab
Syafi'i, beliau mempunyai seorang putra bernama Ibrahim. Karena berasal dari
Samarqand maka Ibrahim kemudian mendapat tambahan Samarqandi. Orang Jawa sangat
sukar mengucapkan Samarqandi maka mereka hanya menyebutnya sebagai Syekh
Ibrahim Asmarakandi.
Syekh Ibrahim Asmarakandi ini
diperintah oleh ayahnya yaitu Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra untuk berda'wah
ke negara-negara Asia. Perintah ini dilaksanakan, dan beliau kemudian diambil
menantu oleh raja Cempa, dijodohkan dengan putri raja Cempa yang bernama Dewi
Candrawulan.
Negeri Cempa ini menurut sebagian ahli
sejarah terletak di Muangthai. Dari perkawinannya denga Dewi Candrawulan maka
Ibrahim Asmarakandi mendapat dua orang putra yaitu Sayyid Ali Rahmatullah dan
Sayyid Ali - Murtadho. Sedangkan adik Dewi Candrawulan yang bernama Dewi
Dwarawati diperistri oleh Prabu Brawijaya Majapahit. Dengan demikian ke- duanya
adalah keponakan Ratu Majapahit dan tergolong putra bangsawan atau pangeran
kerajaan. Para Pangeran atau bangsawan kerajaan pada waktu itu mendapat gelar
Rahadian yang artinya Tuanku.dalam proses selanjutnya sebutan ini cukup
dipersingkat menjadi Raden.
Raja Majapahit sangat senang mendapat
istri dari negeri Cempa yang wajahnya dan kepribadiannya sangat memikat hati.
Sehingga istri-istri lainnya diceraikan, banyak yang diberikan kepada para
adipatinya yang tersebar di seluruh Nusantara. Salah satu contoh adalah istri
yang bernama Dewi Kian, seorang putri Cina yang diberikan kepada AdipatiArio
Damardi Palembang.
Ketika Dewi Kian di ceraikan dan
diberikan kepada Ario Damar saat itu sedang hamil tiga bulan. Ario Damar tidak
diperkenankan menggauli putri Cina itu sampai si jabang bayi terlahir ke dunia.
Bayi dari rahim Dewi Kian itulah yang nantinya bernama Raden Hasan atau lebih
terkenal dengan nama Raden Patah, salah seorang murid Sunan Ampel yang menjadi
raja di Demak Bintoro.
Kerajaan Majapahit sesudah ditinggal
Mahapatih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk mengalami kemunduran drastis.
Kerajaan terpecah belah karena terjadinya perang saudara, dan para adipati
banyak yang tak loyal lagi kepada keturunan Prabu Hayam Wuruk yaitu Prabu
Brawijaya Kertabhumi.
Pajak dan upeti kerajaan tak banyak
yang sampai ke istana Majapahit. Lebih sering dinikmati oleh para adipati itu
sendiri. Hal ini membuat sang Prabu bersedih hati. Lebih-lebih lagi dengan
adanya kebiasaan buruk kaum bangsawan dan para pangeran yang suka berpesta pora
dan main judi serta mabuk-mabukan. Prabu Brawijaya sadar betul bila kebiasaan
semacam itu diteruskan negara akan menjadi lemah dan jika negara sudah
kehilangan kekuatan betapa mudahnya bagi musuh untuk menghancurkan Majapahit
Raya.
Ratu Dwarawati, yaitu istri Prabu Brawijaya
mengetahui kerisauan hati suaminya. Dengan memberanikan diri dia mengajukan
pendapat kepada suaminya.“Saya mempunyai seorang keponakan yang ahli mendidik
dalam hal mengatasi kemerosotan budi pekerti," kata ratu Dwarawati.
“Betulkah ?” tanya sang Prabu. “Ya,
namanya Sayyid Ali Rahmatullah, putra dari kanda Dewi Candrawulan di Negeri
Cempa. Bila kanda berkenan saya akan meminta Ramanda Prabu di Cempa untuk
mendatangkan Ali Rahmatullah ke Majapahit ini.”
"Tentu saja aku akan merasa senang
bila Rama Prabu di Cempa bersedia mengirimkan Sayyid Ali Rahmatullah ke
Majapahit ini. kata Raja Brawijaya.
SUNAN AMPEL KE TANAH JAWA.
Maka pada suatu hari diberangkatkanlah
utusan dari Majapahit ke negeri Cempa untuk meminta Sayyid Ali Rahmatullah
datang ke Majapahit. Kedatangan utusan Majapahit disambutgembira oleh raja
Cempa, dan raja Cempa tidak keberatan melepas cucunya ke Majapahit untuk
meluaskan pengalaman.
Keberangkatan Sayyid Ali Rahmat ke
Tanah Jawa tidak sendirian. la ditemani oleh ayah dan kakaknya. Sebagaimana
disebutkan di atas, ayah Sayyid Ali Rahmat adalah Syekh Maulana Ibrahim
Asmarakandi dan kakaknya bernama Sayyid Ali Murtadho.Diduga mereka tidak
langsung ke Majapahit, melainkan mendarat di Tubah. Tetapi di Tuban, tepatnya
di desa Gesikharjo, Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi jatuh sakitdan meninggal
dunia, beliau dimakamkan di desa tersebut yang masih termasuk kecamatan Palang
Kabupaten Tuban.
Sayyid Murtadho kemudian meneruskan
perjalanan, beliau berda’wah keliling ke daerah Nusa Tenggara, Madura dan
sampai ke Bima. Di sana beliau mendapat sebutan raja Pandita Bima, dan akhirnya
berda’wah di Gresik mendapat sebutan Raden Santri, beliau wafat dan dimakamkan
di Gresik. Sayyid Ali Rahmatullah meneruskan perjalanan ke Majapahit menghadap
Prabu Brawijaya sesuai permintaan Ratu Dwarawati.
Kapal layar yang ditumpanginya mendarat
di Pelabuhan Canggu. Kedatangannya disambut dengan suka cita oleh Prabu
Kertabumi.Lebih- lebih lagi Ratu Dwarawati bibinya sendiri,wanita itu
memeluknya erat- erat,seolah sedang memeluk Kakak perempuannya yang berada di
istana Kerajaan Cempa. Wajah keponakannya itu memang mirip dengan kakak
perempuannya.
“Nanda Rahmatullah, bersediakah engkau
memberikan pelajaran atau mendidik kaum bangsawan dan rakyat Majapahit agar
mempunyai budi pekerti mulia ?" tanya sang Prabu setelah Sayyid
Rahamatullah beristirahat melepas lelah. Dengan sikapnya yang sopan tutur kata
halus Sayyid Ali Rahmatullah menjawab. “Dengan senang hati Gusti Prabu, saya
akan berusaha sekuat-kuatnya untuk mencurahkan kemampuan saya mendidik mereka.”
.“Bagus!” sahut sang Prabu. “Bila
demikian kau akan kuberi hadiah sebidang tanah berikut bangunannya di Surabaya.
Di sanalah kau akan mendidik para bangsawan dan pangeran Majapahit agar berbudi
pekerti mulia.”
“Terima saya haturkan Gusti Prabu,”
jawab Sayyid Ali Rahmatullah. Disebutkan dalam literatur bahwa selanjutnya
Sayyid Ali Rahmatullah menetap beberapa hari di istana Majapahit dan dijodohkan
dengan salah satu putri Majapahit yang bernama Dewi Candrowati atau Nyai Ageng
Manila. Dengan demikian Sayyid Ali Rahmatullah adalah salah seorang Pangerah
Majapahit, karena dia adalah menantu raja Majapahit.
Semenjak Sayyid Ali Rahmatullah diambil
menantu Raja Brawijaya maka. .beliau adalah anggota keluarga kerajaan Majapahit
atau salah seorang pangeran, para pangeran pada jaman dulu ditandai dengan nama
depan Rahadian atau Raden yang berarti Tuanku. Selanjutnya beliau lebih dikenal
dengan sebutan Raden Rahmat.
SUNAN AMPEL KE AMPELDENTA
Selanjutnya, pada hari yang telah ditentukan
berangkatlah rombongan Raden Rahmat ke sebuah daerah di Surabaya yang kemudian
disebut sebagai Ampeldenta.
Rombongan itu melalui desa
Krian.Wonokromo terus memasuki Kembangkuning. Selama dalam perjalanan beliau
juga berdakwah kepada penduduk setempat yang dilaluinya. Dakwah yang pertama
kali dilaku- kannya cukup unik. Beliau membuat kerajinan berbentuk kipas yang
terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan tertentu dan anyaman rotan. Kipas- kipas itu
dibagi-bagikan kepada penduduk setempat secara gratis. Para penduduk hanya
cukup menukarnya dengan kalimah syahadat.
Penduduk yang menerima kipas itu merasa
sangat senang. Terlebih setelah. mereka mengetahui kipas itu bukan sembarang
kipas,akar yang dianyam bersama rotan itu ternyata berdaya penyembuh bagi mereka
yang terkena penyakit batuk dan demam. Dengan cara itu semakin banyak orang
yang berdatangan kepada Raden Rahmat. Pada saat demikianlah ia memperkenalkan
keindahan agama Islam sesuai tingkat pemahaman mereka.
Cara itu terus dilakukan hingga
rombongan memasuki desa Kembangkuning. Pada saat itu wilayah desa Kembangkuning
belum seluas sekarang ini. Di sana-sini masih banyak hutan dan digenangi air
atau rawa- rawa. Dengan karomahnya Raden Rahmat bersama rombongan membuka hutan
dan mendirikan tempat sembahyang sederhana atau langgar. Temapt sembahyang
tersebut sekarang telah dirubah menjadi Masjid yang cukup besar dan
bagus.dinamakan sesuai dengan nama Raden Rahmat yaitu Masjid Rahmat
Kembangkuning.
Di tempat itu pula Raden Rahmat bertemu
den berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu; Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang
Kuning. Kedua tokoh masyarakat itu bersama keluarganya masuk Islam dan menjadi
pengikut Raden Rahmat.
Dengan adanya kedua tokoh masyarakat
itu maka semakin muidah bagi Raden Rahmat untuk mengadakan pendekatan kepada
masyarakat sekitarnya. Terutama kepada masyarakat yang masih memegang teguh
adat kepercayaan lama. Beliau tidak langsung melarang mereka, melainkan
memberikan pengertian sedikit demi sedikit tentang pentingnya ajaran
ketauhidan. Jika mereka sudah mengenal tauhid atau keimanan kepada Tuhan
Pencipta Alam, maka secara otomatis mereka akan meninggalkan sendiri
kepercayaan lama yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Setelah sampai di tempattujuan.pertama
kali yang dilakukannya adalah membangun Masjid sebagai pusat kegiatan
ibadah.ini meneladani apa yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW saat pertama
kali sampai di Madinah.
Dan karena beliau menetap di desa
Ampeldenta, menjadi penguasa daerah tersebut maka kemudian beliau dikenat
sebagai Sunan Ampel. Sunan berasal dari kata Susuhunan, artinya Yang di Junjung
Tinggi atau panutan masyarakat setempat. Ada juga yang mengatakan Sunan berasal
dari kata Suhu Nan artinya Guru Besar atau Orang Yang Berilmu Tinggi.
Selanjutnya beliau mendirikan pesantren
tempat mendidik putra bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang
mau datang berguru kepada beliau.
AJARANNYA YANG TERKENAL SUNAN AMPEL.
Hasil didikan beliau yang terkenal
adalah falsafah Moh Limo atau tidak mau melakukan lima hal tercela yaitu:
1.Moh Main atau tidak mau berjudi.
2.Moh Ngombe atau tidak mau minum arak
atau bermabuk-mabukkan.
3.Moh Maling atau tidak mau mencuri.
4.Moh Madat atau tidak mau menghisap
candu, ganja dan Iain-lain.
5.Moh Madon atau tidak mau berzina/main
perempuan yang bukan istrinya.
Prabu Brawijaya sangat senang atas
hasil didikan Raden Rahmat. Raja menganggap agama Islam itu adalah ajaran budi
pekerti yang mulia, maka ketika Raden Rahmat kemudian mengumumkan ajarannya
adalah agama Islam maka Prabu Brawijaya tidak menjadi marah, hanya saja ketika
dia diajak untuk memeluk agama Islam ia tidak mau. la ingin menjadi Raja Budha
yang terakhir di Majapahit.
Raden Rahmat diperbolehkan menyiarkan
agama Islam di wilayah Surabaya bahkan diseluruh wilayah Majapahit, dengan
catatan bahwa rakyat tidak boleh dipaksa, Raden Rahmatpun memberi penjelasan
bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.
SUNAN AMPEL SESEPUH WALISONGO
Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim
wafat, maka Sunan Ampel diangkat sebagai sesepuh Walisongo, sebagai Mufti atau
pemimpin agama Islam se-Tanah Jawa. Beberapa murid dan putra Sunan Ampel
sendiri juga menjadi anggota Walisongo, mereka adalah ; Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kota atau Raden Patah,
Sunan Kudus, Sunan Gunungjati.
Raden Patah atau Sunan Kota memang
pernah menjadi anggota Walisongo menggantikan kedudukan salah seorang wali yang
meninggal dunia. Dengan diangkatnya Sunan Ampel sebagai sesepuh maka para wali
lain tunduk patuh kepada kata-katanya. Termasuk fatwa beliau dalam memutuskan
peperangan dengan pihak Majapahit.
Para wali yang lebih muda menginginkan
agar tahta Majapahit direbut daiam tempo secepat-cepatnya. Tetapi Sunan Ampel
berpendapat bahwa masalah tahta Majapahit tidak perlu diserang secara
langsung.karena kerajaan besar itu sesungguhnya sudah keropos dari dalam,tak
usah diserang oleh Demak Bintoro pun sebenamya Majapahit akan segera runtuh.
Para wali yang lebih muda menganggap Sunan Ampel terlalu lamban dalam
memberikan nasehat kepada Raden Patah.
“Mengapa Ramanda berpendapat
demikian?" tanya Raden Patah yang terhitung menantunya sendiri. “Karena
aku tidak ingin di kemudian hari ada orang menuduh Raja Demak Bintoro yang
masih putra Raja Majapahit Prabu Kertabumi telah berlaku durhaka,yaitu berani
menyerang ayahandanya sendiri.”jawab Sunan Ampel dengan tenang.
“Lalu apa yang harus saya lakukan ?”
“Kau harus sabar menunggu sembari
menyusun kekuatan/’ujar Sunan Ampel." Tak lama lagi Majapahit akan runtuh
dari daiam.Diserang adipati lain. Pada saat itulah kau berhak merebut hak
warismu selaku putra Prabu Kertabumi.”
“Majapahat diserang adipati lain ?
Apakah saya tidak berkewajiban membelanya ?”
"Inilah ketentuan Tuhan,”sahut
Sunan Ampel." Waktu kejadiannya masih dirahasiakan. Aku sendiri tidak tahu
persis kapankah peristiwa itu akan berlangsung. Yang jelas bukan kau adipati
yang menyerang Majapahit itu.” Sunan Ampel adalah Penasehat Politik Demak
Bintoro. Sekaligus merangkap Pemimpin Walisongo atau Mufti Agama se-Tanah Jawa.
Maka fatwanya dipatuhi semua orang.
Kekuatiran Sunan Ampel tersebut memang
terbukti. Di kemudian hari ternyata ada orang-orang pembenci Islam memutar
balikkan fakta sejarah,mereka menuliskan bahwa Majapahit jatuh diserang oleh
Kerajaan Demak Bintoro yang Rajanya adalah putra Raja Majapahit sendiri. Dengan
demikian Raden Patah dianggap sebagai Anak Durhaka. Ini dapat anda lihat di
dalam Serat Darmo Gandul maupun sejarah yang ditulis Sarjana Kristen pembenci
Islam.
Raden Patah dan para wali lainnya
akhirnya tunduk patuh pada fatwa Sunan Ampel. Tibalah saatnya Sunan Ampel wafat
pada tahun 1478. Sunan Kalijaga diangkat sebagai penasehat bagian politik
Demak. Sunan Giri diangkat sebagai pengganti Sunan Ampel sebagai Mufti,
pemimpin para wali dan pemimpin agama Se-Tanah Jawa. Sesepuh yang selalu
dimintai pertimbangannya. Setelah Sunan Giri diangkat sebagai Mufti sikapnya
terhadap Majapahit sekarang berubah. la menyetujui usul Aliran Tuban untuk
memberi fatwa kepada Raden Patah agar menyerang Majapahit.
Mengapa Sunan Giri bersikap demikian ?
Karena pada tahun 1478 Kerajaan
Majapahit diserang oleh Prabu Rana Wijaya atau Girindrawardhana dari Kadipaten
Kediri atau Keling. Dengan demikian sudah tepatlah jika Sunan Giri menyetujui
penyerangan Demak atas Majapahit. Sebab pewaris sah tahta kerajaan Majapahit
adalah Raden Patah selaku putra Raja Majapahit yang terakhir.
Demak kemudian bersiap-siap menyusun
kekuatan. Namun belum lagi serangan dilancarkan, Prabu Rana Wijaya keburu tewas
diserang oleh Prabu Udara pada tahun 1498.
Pada tahun 1512, Prabu Udara selaku
Raja Majapahit merasa terancam kedudukannya karena melihat kedudukan Demak yang
didu- kung Giri Kedaton semakin kuat dan mapan. Prabu Udara kuatir jika terjadi
peperangan akan menderita kekalahan, maka dia minta bekerjasama dan minta bantuan
Portugis di Malaka. Padahal Putra Mahkota Demak yaitu Pati Unus pada tahun 1511
telah menyerang Portugis di Makala.
Sejarah telah mencatat bahwa Prabu
Udara telah mengirim utusan ke Malaka untuk menemui Alfonso d’Albuquerque untuk
menyerahkan hadiah berupa 20 genta (gamelan), sepotong kain panjang bernama ‘
Beirami ‘ tenunan Kambayat,13 batang lembing yang ujungnya berbesi dan
sebagainya.Maka tidak salah jika pada tahun 1517 Demak menyerang Prabu Udara
yang merampas tahta Majapahit secara tidak sah. Dengan demikian jatuhlah
Majapahit ke tangan Demak. Seandainya Demak tidak segera menyerang Majapahit
tentu bangsa Portugis akan menjajah Tanah Jawa jauh lebih cepat daripada bangsa
Belanda.Setelah Majapahit jatuh pusaka kerajaan diboyong ke Demak Bintoro.
Termasuk Mahkota Rajanya. Raden Patah diangkat sebagai Raja Demak yang pertama.
Sunan Ampel juga turut membantu
mendirikan Masjid Agung Demak yang didirikan pada tahun 1477 M. Salah satu di
antara empat tiang utama masjid Demak hingga sekarang masih diberi nama sesuai
dengan yang membuatnya yaitu Sunan Ampel.
Beliau pula yang pertama kali
menciptakan Huruf Pegon atau Tulisan Arab berbunyi Bahasa Jawa. Dengan huruf
pegon ini beliau dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya. Hingga
sekarang huruf pegon tetap dipakai sebagai bahan peiajaran agama Islam di
kalangan Pesantren.
PENYELAMAT AQIDAH
Sikap Sunan Ampel terhadap adat
istiadat lama sangat hati-hati, hal ini didukung oleh Sunan Giri dan Sunan
Drajad. Seperti yang pernah tersebut dalam permusyawaratan para Wali di masjid
Agung Demak. Pada waktu itu Sunan Kalijaga mengusulkan agar adat istiadat Jawa
seperti selamatan, bersaji, kesenian wayang dan gamelan dimasuki rasa
keislaman. Mendengar pendapat Sunan Kalijaga tersebut bertanyalah Sunan Ampel.
"Apakah tidak mengkwatirkan di kemudian hari bahwa adat istiadat dan
upacara lama itu nanti dianggap sebagai ajaran yang berasal dari agama Islam ?
Jika hal ini dibiarkan nantinya akan menjadi bid’ah?"
Dalam musyawarah itu Sunan Kudus
menjawab pertanyaan Sunan Ampel, “Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga,
bahwa adat istiadat lama yang masih bisa diarahkan kepada agama Tauhid maka
kita akan memberinya warna Islami. Sedang adat dan kepercayaan lama yang jelas-
jelas menjurus kearah kemusyrikan kita tinggal sama sekali. Sebagai misal,
gamelan dan wayang kulit, kita bisa memberinya warna Islam sesuai dengan selera
masyarakat. Adapun tentang kekuatiran Kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai
keyakinan bahwa di belakang hari akan ada orang yang menyempumakannya.”
Adanya dua pendapat yang seakan
bertentangan tersebut sebenarnya mengandung hikmah. Pendapat Sunan Kalijaga dan
Sunan Kudus ada benarnya yaitu agar agama Islam cepat diterima oleh orang Jawa,
dan ini terbukti. -dikarenakan dua Wali tersebut pandai mengawinkan adat
istiadat lama yang dapat ditolelir Islam maka penduduk Jawa banyak yang
berbondong-bondong masuk agama Islam. Pada prinsipnya mereka mau menerima Islam
lebih dahulu dan sedikit-demi sedikit kemudian mereka akan diberi pengertian
akan kebersihan tauhid dalam iman mereka.
Sebaliknya, adanya pendapat Sunan Ampel
yang menginginkan Islam harus disiarkan dengan murni dan konsekwen juga
mengandung hikmah kebenaran yang hakiki, sehingga membuat ummat semakin
berhati-hati menjalankan syariat agama secara benar dan bersih dari segala
macam bid’ah. Inilah jasa Sunan Ampel yang sangat besar, dengan peringatan
inilah beliau telah menyelamatkan aqidah ummat agar tidak tergelincir ke lembah
musyrik.
Sunan Ampel wafat pada tahun 1478 M,
beliau dimakamkan di sebelah baratMasjid Ampel.
0 Response to "Sejarah khusus Sunan Ampel "
Post a Comment